HASIL DISKUSI KASUS 3
TUTORIAL ENDOKRIN, METABOLISME, DAN NUTRISI
MODUL 3 : “Anakku Pendek”
Bu Rina sangat khawatir melihat putri sulungnya, Riska, yang berusia 10 tahun. Hal ini dikarenakan tinggi badannya yang kalah tinggi dengan adik perempuannya yang berusia 6 tahun. Padahal nafsu makan Riska baik dan Bu Rina juga selalu memberikan multivitamin pada Riska. Riska juga tidak menderita penyakit berat, bahkan jarang sekali sakit. Pada waktu lahir, Riska adalah anak yang normal dan sehat, namun pada usia 4 tahun dia terlihat lebih pendek dari teman sebayanya. Saat itu Bu Rina memeriksakan Riska ke Puskesmas, petugas mengatakan tak perlu khawatir, ia nanti juga akan bertambah tinggi. Setelah dibawa ke dokter dan dilakukan pemeriksaan fisik dan ronsen tulang didapatkan tinggi badannnya 116 cm dan usia tulangnya sama dengan usia anak 6 tahun. Tinggi ayahnya 160 cm dan tinggi ibunya 158 cm. Akhirnya dokter menyarankan Riska untuk memeriksakan kadar hormon pertumbuhan.
STEP 1 - 7
A. STEP I
Klasifikasi Terminologi yang Tidak Diketahui
1. Hormon : penghantar (transmitter) kimiawi yang dilepas dari sel-sel khusus ke dalam aliran darah. Selanjutnya hormon tersebut dibawa ke sel-sel target (responsive cells) tempat terjadinya efek hormon.
2. Hormon Pertumbuhan : hormon yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior yang digunakan untuk pertumbuhan sel-sel tubuh.
3. Multivitamin : suplemen mikronutrien yang terdiri dari lebih dari satu vitamin.
B. STEP II
Definisi Masalah
1. Klasifikasi hormon ?
2. Fisiologi hormon pertumbuhan ?
3. Hormon-hormon yang mempengaruhi proses pertumbuhan ?
4. Kelainan-sekresi hormon pertumbuhan ?
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi sekresi hormon pertumbuhan ?
6. Cara menegakkan diagnosis?
7. Penatalaksanaan kasus ?
C. STEP III
Hipotesis
1. Klasifikasi hormon
KARAKTERISTIK HORMON:
1. Mampu menimbulkan efek yang signifikan dalam kadar yang sangat rendah (10-6 – 10-12 M)
2. Sukar diisolasi, diidentifikasi, dan diukur secara akurat
3. Umurnya sangat pendek, disekresi setelah ada stimulasi dan segera diinaktifkan oleh enzim yang khas
AKSI HORMON:
1. Secara langsung, dalam hitungan detik
contoh: epinefrin/adrenalin
2. Bekerja lambat, dalam hitungan jam – hari
contoh: estrogen
EFEK YANG DITIMBULKAN HORMON:
1. Efek kinetik
Migrasi pigmen, kontraksi otot, sekresi kelenjar
2. Efek metabolik
Nutrisi, pertumbuhan, perkembangan, reproduksi
3. Efek perilaku
Suatu hormon dapat menimbulkan efek lebih dari satu
Contoh: estrogen
Efek: 1. memunculkan ciri kelamin sekunder
2. perubahan tingkah laku
3. kontraksi otot uterus (bekerja sama dengan oksitosin)
Sekresi Hormonal
Hormon merupakan mediator kimia yang mengatur aktivitas sel / organ tertentu. Dahulu sekresi hormonal dikenal dengan cara dimana hormon disintesis dalam suatu jaringan diangkut oleh sistem sirkulasi untuk bekerja pada organ lain disebut sebagai fungsi Endokrin.
Ini bisa dilihat dari sekresi hormon Insulin oleh pulau β Langerhans Pankreas yang akan dibawa melalui sirkulasi darah ke organ targetnya sel-sel hepar.
Sekarang diakui hormon dapat bertindak setempat di sekitar mana mereka dilepaskan tanpa melalui sirkulasi dalam plasma di sebut sebagai fungsi Parakrin, digambarkan oleh kerja Steroid seks dalam ovarium, Angiotensin II dalam ginjal, Insulin pada sel α pulau Langerhans.Hormon juga dapat bekerja pada sel dimana dia disintesa disebut sebagai fungsi Autokrin. Secara khusus kerja autokrin pada sel kanker yang mensintesis berbagai produk onkogen yang bertindak dalam sel yang sama untuk merangsang pembelahan sel dan meningkatkan pertumbuhan kanker secara keseluruhan.
Gambar 1. Sintesis Hormon
Gambar 2. Sekresi Hormon
Reseptor Hormon
Konsentasi hormon dalam cairan ekstrasel sangat rendah berkisar 10-15 –10-9. Sel target harus membedakan antara berbagai hormon dengan konsentrasi yang kecil, juga antar hormon dengan molekul lain.Derjad pembeda dilakukan oleh molekul pengenal yangterikat pada sel target disebut Reseptor
→Reseptor Hormon: Molekul pengenal spesifik dari sel tempat hormon berikatan sebelum memulai efek biologiknya. Umumnya pengikatan Hormon Reseptor ini bersifat reversibel dan nonkovalen. Reseptor hormon bisa terdapat pada permukaan sel (membran plasma) atau pun intraselluler.
Interaksi hormon dengan reseptor permukaan sel akan memberikan sinyal pembentukan senyawa yang disebut sebagai second messenger (hormon sendiri dianggap sebagai first messenger)
Jika hormon sudah berinteraksi dengan reseptor spesifiknya pada sel-sel target, maka peristiwa-peristiwa komunikasi intraseluler dimulai.Hal ini dapat melibatkan reaksi modifikasi seperti fosforilasi dan dapat mempunyai pengaruh pada ekspresi gen dan kadar ion. Peristiwa-peristiwa ini hanya memerlukan dilepaskannya zat-zat pengatur
Struktur Reseptor Hormon
Setiap reseptor hormon mempunyai sedikitnya dua daerah domain fungsional yaitu : 1. Domain pengenal akan mengikat hormon 2. Regio skunder menghasilkan (tranduksi) signal yang merangkaikan pengaturan
beberapa fungsi intrasel
Reseptor hormon Steroid dan Thyroid membentuk suatu superfamili yang besar dari faktor transkripsi. Disini termasuk juga reseptor untuk vitamin D dan Asam retinoid.
Reseptor untuk hormon Glukokortikoid mempunyai beberapa domain fungsionalyaitu:
1. Regio pengikat hormon dalam bagian terminal karboksil
2. Regio pengikatan DNA yang berdekatan
3. Sedikitnya dua regio yang mengaktifkan transkripsi gen
4. Sedikitnya dua regio yang bertanggung jawab atas translokasi reseptor dari sitoplasma ke nukleus
5. Regio yang mengikat protein renjatan panas tanpa adanya ligand
Gambar 3.
Gambar 3. Struktur reseptor dari superfamili hormon Thyroid-Steroid Bagian atas adalah klasifikasi domain beberapa fungsi domain individual bagian bawah adalah contoh-contoh reseptor dengan berbagai domain digambarkan dalam skala Reseptor hormon Thyroid α2 dan faktor transkripsi COUP (Chicken Ovalbumin Upstream Promoter) diperlihatkan sebagai pembanding dan mewakili kelompok yang diperkirakan tidak mengikat suatu hormon
Reseptor Insulin berupa heterotetramer (α2β2) terikat lewat ikatan disulfida yang multipel :
- Subunit ekstramembran akan mengikat insulin
- Subunit perentang membran akan mentransduksi sinyal yang mungkin terjadi lewat komponen tirosin kinase pada bagian sitoplasmik polipeptida ini
Reseptor IGF, EGF , LDL, umumnya serupa dengan dengan reseptor insulin ini.Reseptor untuk ANF yang memiliki aktifitas guanilil siklase juga termasuk dalam kelas ini.
Reseptor hormon polipeptida yang mentransduksikan sinyal melalui pengubahan kecepatan produksi cAMP ditandai dengan adanya tujuh buah domain yang merentangkan membran plasma
Gambar 4. gambaran berbagai jenis reseptor membran dengan contoh masing-masing
Klasifikasi Hormon
Hormon dapat diklasifikasikan melalui berbagai cara yaitu menurut komposisi kimia, sifat kelarutan, lokasi reseptor dan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon di dalam sel
• Klasifikasi hormon berdasarkan senyawa kimia pembentuknya
1.Golongan Steroid→turunan dari kolestrerol
2.Golongan Eikosanoid yaitu dari asam arachidonat
3.Golongan derivat Asam Amino dengan molekul yang kecil
→Thyroid,Katekolamin
4.Golongan Polipeptida/Protein
→Insulin,Glukagon,GH,TSH
• Berdasarkan sifat kelarutan molekul hormon
1. Lipofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam lemak
2. Hidrofilik : kelompok hormon yang dapat larut dalam air
• Berdasarkan lokasi reseptor hormon
1.Hormon yang berikatan dengan hormon dengan reseptor intraseluler
2.Hormon yang berikatan dengan reseptor permukaan sel (plasma membran)
• Berdasarkan sifat sinyal yang mengantarai kerja hormon di dalam sel:kelompok
Hormon yang menggunakan kelompok second messenger senyawa cAMP,cGMP,Ca2+, Fosfoinositol, Lintasan Kinase sebagai mediator intraseluler
Tabel 1..Klasifikasi Hormon Berdasarkan Lokasi Reseptor Hormon
Golongan I
Golongan II
Reseptor
Intraseluler
Membran plasma
Tipe
Steroid,Yodotironin,Kalsitriol,Retinoid
Polipeptida, Protein, Glikoprotein
Solubilitas Lipofilik/Hidrofobik Hidrofilik/Lipofobik
Protein Pengangkut Ada Tidak ada
Usia Paruh Panjang (Berjam-jam/berhari-hari)
Pendek (menit)
Mediator
Kompleks hormon Reseptor
Second messenger berupa:
cAMP,cGMP,Ca2+,
Fosfotidilinosi-
tol, Lintasan Kinase
2. Fisiologi hormon pertumbuhan
Fungsi fisiologis hormon pertumbuhan ada 2 :
a. Efek metabolik
b. Efek pertumbuhan
3. Hormon-hormon yang mempengaruhi proses pertumbuhan
- Hormon pertumbuhan
- Insulin
- Tiroid
- gonadotropin
4. Kelainan-sekresi hormon pertumbuhan
- Panhipopituitarisme
- Dwarfisme
- Gigantisme
- Akromegali
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi sekresi hormon pertumbuhan
Merangsang Sekresi Hormon Pertumbuhan Menghambat Sekresi Hormon Pertumbuhan
Penurunan glukosa darah Peningkatan glukosa darah
Penurunan asam lemak bebas dalam darah Peningkatan asam lemak bebas dalam darah
Kelaparan atau puasa, defisiensi protein Proses penuaan
Trauma, stres, rasa tegang Obesitas
Olahraga Hormon penghambat hormon pertumbuhan (somatostatin)
Testosteron, estrogen Hormon pertumbuhan (eksogen)
Tidur lelap (stadium II dan IV) Somatomedin (faktor pertumbuhan seperti insulin)
Hormon pelepas hormon pertumbuhan
6. Cara menegakkan diagnosis
a. Anamnesis
b. Pemeriksaan fisik
- Pertumbuhan gigi
- Pengukuran
- Laju pertumbuhan
c. Pemeriksaan penunjang
- Bone age
- Pemeriksaan hormon
7. Penatalaksanaan kasus
Medikamentosa
Anak dengan variasi normal perawakan pendek tidak memerlukan pengobatan, sedang dengan kelainan patologis terapi sesuai dengan etiologinya.
D. STEP IV
Curah Pendapat & Analisis Masalah
1. Klasifikasi hormon
Klasifikasi hormon berdasarkan fungsi ada 4, yaitu :
Hormon perkembangan : hormon yang memegang peranan di dalam perkembangan dan pertumbuhan. Hormon ini dihasilkan oleh kelenjar gonad
Hormon metabolisme_proses homeostasis glukosa dalam tubuh diatur oleh bermacam-macam hormon, contoh glukokortikoid, glukagon, dan katekolamin
Hormon tropik_dihasilkan oleh struktur khusus dalam pengaturan fungsi endokrin yakni kelenjar hipofise sebagai hormon perangsang pertumbuhan folikel (FSH) pada ovarium dan proses spermatogenesis (LH)
Hormon pengatur metabolisme air dan mineral _kalsitonin dihasilkan oleh kelenjar tiroid untuk mengatur metabolisme kalsium dan fosfor.
2. Fisiologi hormon pertumbuhan
a. Efek Metabolik hormon pertumbuhan
Meningkatkan kecepatan sintesis protein di sebagian besar sel tubuh
- Peningkatan pengangkutan asam amino melalui membran sel
Hormon pertumbuhan secara langsung meningkatkan pengankutan paling sedikit beberapa dan mungkin sebagian besar asam amino melewati membran sel ke bagian dalam sel. Keadaan ini meningkatkan konsentrasi asam amino di dalam sel dan diduga setidaknya berperan sebagian dalam meningkatkan sintesis protein.
- Peningkatan translasi RNA menyebabkan sintesis protein oleh ribosom
Bahkan bila konsentrasi asam amino tidak meningkat di dalam sel, hormon pertumbuhan tetap meningkatkan translasi RNA, menyebabkan lebih banyak protein yang disintesis oleh ribosom di dalam sitoplasma.
- Peningkatkan transkripsi nukleus DNA untuk membentuk RNA
Sesudah melewati jangka waktu panjang (24 sampai 48 jam), hormon pertumbuhan juga merangsang transkripsi DNA di dalam nukleus, sehingga meningkatkan jumlah pembentukan RNA. Keadaan ini meningkatkan sintesis protein dan juga meningkatkan pertumbuhan bila energi, asam amino, vitamin, dan bahan-bahan lain yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tersedia. Keadaan ini mungkin merupakan fungsi hormon pertumbuhan yang paling penting dalam jangka waktu yang lama.
Meningkatkan mobilisasi asam lemak dari jaringan lemak, meningkatkan asam lemak bebas dalam darah, dan meningkatkan penggunaan asam lemak untuk energi
Hormon pertumbuhan mempunyai efek spesifik dalam menyebabkan pelepasan asam lemak dari jaringan lemak, sehingga meningkatkan konsentrasi asam lemak dalam cairan tubuh. Selain itu, di dalam jaringan di seluruh tubuh, hormon pertumbuhan meningkatkan perubahan asam lemak menjadi asetil koenzim A (asetil-KoA) dan kemudian digunakan untuk energi. Oleh karena itu, di bawah pengaruh hormon pertumbuhan, lebih disukai memakai lemak sebagai energi daripada memakai karbohidrat dan protein.
Kemampuan hormon pertumbuhan untuk meningkatkan pemakaian lemak, bersama-sama dengan efek anabolik proteinnya, menyebabkan peningkatan massa tubuh bebas lemak. Akan tetapi, pengangkutan lemak akibat pengaruh hormon pertumbuhan membutuhkan waktu beberapa jam, sedangkan peningkatan sintesis protein selular akibat pengaruh hormon pertumbuhan dapat dimulai dalam waktu beberapa menit saja.
Menurunkan kecepatan pemakaian glukosa di seluruh tubuh
Hormon pertumbuhan menyebakan berbagai efek yang memengaruhi metabolisme karbohidrat, meliputi : (1) mengurangi ambilan glukosa di dalam jaringan seperti otot skelet dan lemak, (2) meningkatkan produksi glukosa oleh hati, dan (3) meningkatkan sekresi insulin.
Setiap perubahan ini disebabkan oleh ”resistensi insulin” akibat pengaruh hormon pertumbuhan, yang melemahkan kerja insulin dalam merangsang pengambilan dan pemakaian glukosa di dalam otot skelet dan lemak, dan dalam menghambat glukoneogenesis (produksi glukosa) oleh hati; keadaan ini menyebakan peningkatan konsentrasi glukosa darah dan peningkatan kompensasi insulin. Karena alasan inilah, efek hormon pertumbuhan disebut diabetogenik, dan sekresi hormon pertumbuhan yang berlebihan dapat menimbulkan gangguan metabolik yang sangat mirip dengan gangguan metabolik pada pasien diabetes tipe II (tidak tergantung insulin), yang juga sangat resisten terhadap efek metabolik insulin.
b. Efek pertumbuhan hormon pertumbuhan
Walaupun hormon pertumbuhan merangsang peningkatan timbunan prtotein dan meningkatkan pertumbuhan hampir semua jaringan tubuh, efek hormon pertumbuhan yang paling jelas adalah meningkatkan pertumbuhan struktur rangka. Keadaan ini disebabkan oleh berbagai efek hormon pertumbuhan pada tulang yang meliputi (1) peningkatan timbunan protein oleh sel kondrositik dan sel oseogenik yang menyebabkan pertumbuhan tulang, (2) juga meningkatkan kecepatan reproduksi sel-sel ini, dan (3) efek spesifik dalam mengubah kondrosit menjadi sel osteogenik, sehingga menyebabkan timbunan tulang yang baru.
Ada dua mekanisme utama pertumbuhan pertumbuhan tulang :
1. sebagai respon terhadap rangsangan hormon pertumbuhan, tulang panjang tumbuh secara memanjang pada kartilago epifisisnya, tempat epifisisn dipisahkan dari batang tulang pada bagian ujung tulang. Pertumbuhan ini mula-mula menyebabkab penimbuanan kartilago yang baru, diikti pengubahan kartilago ini menjadi tulang yang baru, sehingga membuat batang tulang semakin panjang dan mendorong epifisis semakin jauh terpisah. Pada waktu yang sama, kartilago epifisis snediri secara berangsur-angsur dipergunakan, sehingga pada usia remaja lanjut, tidak tersedia lagi tambahan kartilago epifisis untuk pertumbuhan tulang panjang lebih lanjut. Pada waktu ini, terjadi penyatuan tulang antara batang tulang dan epifisis pada masing-masing ujungnya, sehingga pemanjangan tulang panjang tidak dapat terjadi lagi.
2. osteoblas di dalam periosteum tulang dan dalam beberapa aktivitas tulang membentuk tulang baru pada permukaan tulang yang lama. Secara bersamaan, osteoklas di dalam tulang meresorpsi tulang yang lama. Bila kecepatan pembentukan lebih besar dari resorpsi, ketebalan tulang akan meningkat. Hormon pertumbuhan dengan kuat merangsang osteoblas. Oleh karena itu, tulang dapat terus menebal sepanjang hidup di bawah pengaruh hormon pertumbuhan; hal ini terjadi terutama pada tulang membranosa. Sebagai contoh, tulang rahang masih dapat dirangsang untuk tumbuh bahkan setelah usia remaja, menyebabkan pipi menonjol ke depan dan merendahkan gigi. Demikian juga, tulang tengkorak dapat bertambah tebal dan membentuk tonjolan tulang di atas mata.
3. Hormon-hormon yang mempengaruhi proses pertumbuhan
a. Hormon pertumbuhan
Hormon pertumbuhan secara langsung merangsang pertumbuhan kartilago dan tulang. Penjelasan ada di normor 2.
b. Insulin
Semakin tinggi kadar insulin dalam darah maka transpor glukosa ke sel semakin tinggi. Hal ini meyebabkan kadar glukosa dalam darah semakin sedikit. Hal menyebakan rasa lapar. Pada saat inilah sekresi hormon pertumbuhan semakin tinggi.
c. Tiroid
Hormon tiroid mempunyai efek yang umum dan efek yang spesifik terhadap pertumbuhan. Contohnya, sebenarnya sudah sejak lama diketahui bahwa hormon tiroid berguna untuk menimbulkan perubahan metamorfosis kecebong menjadi katak.
Pada manusia, efek hormon tiroid terhadap pertumbuhan lebih nyata terutama pada masa pertumbuhan anak-anak. Pada pasien hipotiroidisme, kecepatan pertumbuhan menjadi sangat tertinggal. Pada pasien hipertiroidisme, sering terjadi pertumbuhan tulang yang sangat berlebihan, sehingga anak tadi menjadi lebih tinggi daripada anak lainnya. Akan tetapi, tulang menjadi matang lebih cepat dan pada umur yang muda epifisisnya sudah menutup, sehingga lama pertumbuhan lebih singkat dan tinggi badan akhir semasa dewasa mungkin malahan lebih pendek.
Efek yang penting dari hormon tiroid adalah meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan otak selama kehidupan janin dan beberapa tahun pertama kehidupan pascalahir. Bila janin tidak dapat menyekresi hormon tiroid dalam jumlah cukup, maka pertumbuhan dan pematangan otak sebelum dan sesudah bayi itu dilahirkan akan sangat terbelakang dan otak tetap berukuran lebih kecil daripada normal. Bila tidak diberi pengobatan yang spesifik dengan hormon tiroid selama beberapa hari atau beberapa minggu sesudah dilahirkan, maka anak akan mengalami keterbelakangan mental yang menetap selama hidupnya.
d. Gonadotropin
Hormon gonadotropin berfungsi untuk pematangan fungsi seksual. Apabila hormon ini tidak adekuat jumlahnya, maka anak tidak akan mengalami masa pubertas.
4. Kelainan-sekresi hormon pertumbuhan
a. Panhipopituitarisme
Istilah ini berarti penurunan sekresi hormon hipofisis anterior. Berkurangnya sekresi ini dapat kongenital (timbulnya sejak lahir), atau dapat timbul secara mendadak atau perlahan pada masa kehidupan, paling sering disebabkan oleh tumor hipofisis yang merusak kelenjar hipofisis.
b. Dwarfisme
Sebagian besar dwarfisme disebakan oleh defisiensi sekresi kelnjar hipofisis anterior yang menyeluruh selama masa kanak-kanak. Pada umumnya, pertumbuhan bagian-bagian fisik tubuh sesuai satu sama lainnya, namun kecepatan pertumbuhannnya sangat menurun. Seorang anak yang sudah berumur 10 tahun dapat mempunyai pertumbuhan tubuh seorang anak berumur 4 sampai 5 tahun, sedangkan bila orang yang sama mencapai umur 20 tahun dapat mempunyai pertumbuhan tubuh seorang anak yang berumur 7 sampai 10 tahun.
Pasien dwarfisme panhipopituitarisme tidak melewati masa pubertas dan pasien tersebut tidak pernah dapat menyekresi hormon gonadotropin dalam jumlah yang cukup guna pertumbuhan fungsi seksual dewasa. Akan tetapi, spertiga pasien dwarfisme hanya mengalami defisiensi hormon pertumbuhan saja; pasien seperti ini mengalami pematangan seksual dan adakalanya dapat juga bereproduksi. Pada satu tipe dwarfisme (yakni pada suku pigmi Afrika dan Levi-Lorain dwarf), kecepatan sekresi hormon pertumbuhannya normal atau tinggi, namun pasien mengalami ketidakmampuan herediter untuk membentuk somatostatin C, yang merupakan langkah kunci untuk meningkatkan pertumbuhan melalui hormon pertumbuhan.
c. Gigantisme
Kadangkala, sel asidofilik, sel pembentuk hormon pertumbuhan di kelenjar hipofisis anterior menjadi sangat aktif, dan kadangkala bahkan dapat timbul tumor asidofilik di dalam kelenjar ini. Akibatnya, diproduksi banyak banyak sekali hormon pertumbuhan. Seluruh jaringan tubuh tumbuh dengan cepat sekali, termasuk tulang. Bila keadaan ini terjadi sebelum masa remaja, sebelum epifisis tulang panjang bersatu dengan batang tulang, tinggi badan orang tersebut akan terus meningkat sehingga menjadi seperti raksasa – tinggi badan dapat mencapai 8 kaki.
Biasanya raksasa ini juga menderita hiperglikemi, dan sel-sel beta dalam pulau Langerhans pankreas cenderung berdegenerasi karena sel-sel ini menjadi terlalu aktif akibat hiperglikemi. Akibatnya, kira-kira 10 persen pasien raksasa ini akhirnya benar-benar menderita diabetes melitus.
Pada sebagian besar raksasa ini, pada akhirnya juga akan menderita panhipopituitarisme bila tetap tidak diobati, sebab gigantisme biasanya disebabkan oleh adanya tumor pada kelenjar hipofisis yang tumbuh terus sampai merusak kelenjarnya sendiri. Defisiensi menyeluruh dari hormon pertumbuhan biasanya menyebabkan kematian pada awal masa dewasa. Akan tetapi, begitu gigantisme ini didiagnosis, efek selanjutnya seringkali dapat dihambat dengan membuang tumor dengan membuang tumor melalui bedah mikro atau dengan menyinari kelenjar hipofisis.
d. Akromegali
Bila tumor asidofilik timbul sesudah masa remaja – yakni, sesudah epifisis tulang panjang bersatu dengan batang tulang – maka orang itu tidak dapat tumbuh lebih tinggi lagi; namun tulangnya dapat menjadi lebih tebal dan jaringan lunaknya dapat terus tumbuh. Pembesaran tampak jelas terutama pada tulang-tulang tangan dan kaki serta pada tulang membranosa, termasuk tulang tengkorak, hidung, penonjolan tulang dahi, tepi supraorbita, rahang bagian bawah, dan bagian tulang vertebra, sebab pertumbuhnan tulang-tulang ini tidak terhenti pada masa remaja.
5. Faktor-faktor yang mempengaruhi sekresi hormon pertumbuhan
Pada keadaan akut, hipoglikemi merupakan perangsang sekresi hormon pertumbuhan yang jauh lebih kuat daripada pengurangan ambilan protein dengan cepat. Sebaliknya, pada keadaan kronis, sekresi hormon pertumbuhan tampaknya lebih berhubungan dengan derajat deplesi protein selular daripada dengan derajat insufisiensi glukosa. Sebagai contoh, sangat tingginya kadar hormon pertumbuhan selama kelaparan sangat erat berhubungan dengan jumlah deplesi protein.
Efek defisiensi protein terhadap kadar hormon pertumbuhan dalam plasma dan efek penambahan protein pada makanan :
i. kadar hormon pertumbuhan yang sangat tinggi pada anak-anak yang mengalami defisiensi protein yang ekstrem selama menderita malnutrisi yang disebut kwasiorkor,
ii. kadar hormon pertumbuhan pada anak-anak yang sama sesudah diberikan pengobatan dengan makanan yang mengandung karbohidrat lebih dari cukup selama 3 hari, yang menunjukkan bahwa karbohidrat tidak menurunkan konsentrasi hormon pertumbuhan dalam plasma.
6. Cara menegakkan diagnosis
a. Anamnesis
Untuk mengetahui bagaimana keadaan keluarga penderita (misal pendek), apakah ada penyakit keturunan dan sebagainya. Juga perlu diketahui bagaimana keadaan penderita waktu lahir yaitu apakah berat badan lahir rendah, kecil untuk masa kehamilannya, normal dan sebagainya.
b. Pemeriksaan fisik
- Pertumbuhan gigi
Untuk pertumbuhan gigi diperlukan hormon. Seorang anak dengan pertumbuhan gigi yang normal sangat mungkin tidak mempunyai kelainan hormonal, sedangkan seorang bayi yang pertumbuhan giginya terlambat mungkin menderita kelainan endokrin.
Gigi pertama tumbuh pada umur 6 – 8 bulan dan lengkap pada umur sekitar 2 tahun. Pada saat itu anak sudah mempunyai 20 buah gigi, 5 pada tiap cuadran. Sejas umur 5 tahun tumbuh gigi hermanen. Gigi geraham permanen pertama tumbuh umur 6 tahun, sehingga pada umur tersebut anak mempunyai 24 buah gigi, 6 pada tiap kuadran. Pada umur 12 tahun gigi geraham permanen kedua tumbuh sehingga anak mempunyai 28 buah gigi, 7 pada tiap kuadran.
Bila pada umur ini gigi anak telah lengkap 28 buah, maka dapat dikatakan anak tidak mungkin tenderita kelainan hormon yang telah berlangsung lama. Seorang anak berumur 14 atau 15 tahun dengan kekurangan gigi geraham mungkin menderita hypopituitarisme, hypothyroidisme atau pubertas yang terlambat.
- Pengukuran
Tinggi badan, span (jarak antara dua ujung tangan yang terbentang), upper-lower ratio (diukur dari simfisis), lingkaran kepala. Ukuran harus dibandingkan dengan usuran anak yang normal.
- Laju pertumbuhan
Bila pertumbuhan kira-kira 4 cm/tahun (normal), maka Sangay mungkin tidak ada gangguan hormonal.
c. Pemeriksaan penunjang
- Bone age
Bila bone age sesuai dengan chronological age, kecuali kemungkinan terdapatnya kelainan hormonal, karena bila ada kelainan hormonal, maka bone age akan terlambat atau terlalu cepat dengan selisih 2 tahun.
- Pemeriksaan hormon
Pemeriksaan khusus hormon-hormon hipofisis yaitu growth hormon, ACTH, FSH, TSH, Prolaktin dan hormon dari lobus posterior. Pada waktu ini di Indonesia Belem semua hormon dapat diperiksa.
Pemeriksaan Klinis Kelainan Klinis
Bone ega
Analisis kromoson stimulating
Hormone (FSH)
Skrining penyakit sistemik
• Darah perifer lengkap
• Laju endap darah
• Albumin, creatinin, Na, K
• analisa gelas darah
• Thyroid Stimulating hormone (TSH)
• dan free T4 Sindron turner
Anemia
Tuberkulosis
Gagal ginjal kronik, renal tabular
Acidosis
Hipertiroid, defisiensivitamin D
Rickers
Hipofosfatemia
Pemeriksaan Klinis Kelainan Klinis
• Kalsium, fosfor, alkalin
• Fosfat
• Urin dan biakan
• GH*/IGH-1** axis
• IGF-1 dan IGFBP-3***
• Tes stimulasi hormon pertumbuhan pencitraan
• Bone survey
• Ultrasonografi kepala
CT scan atau magnetic
resonance imaging (MRI) Rickers
Infeksi saluran kemih
Defisiensi hormon pertumbuhan
Defisiensi hormon pertumbuhan
Skeletal dysplasia
Defek struktural yang
dihubungkan dengan defisiensi
hormon pertumbuhan atau
defisiensi hormon hipofisis
multipel pada bayi
Etiologi defisiensi hormon
pertumbuhan.
7. Penatalaksanaan kasus
Variasi normal perawakan pendek yang tidak memerlukan pengobatan yaitu : 14 - □ Familial short stature,
• Tanda :
– Pertumbuhan selalu di bawah persentil 3
– Kecepatan pertumbuhan normal
– Bone age normal
– Tinggi badan kedua orang tua pendek
– Tinggi akhir di bawah persentil 3
14 - □ Constitutional delay of growth and puberty
– Perlambatan pertumbuhan linier pada tiga tahun pertama kehidupan
– Pertumbuhan linier normal atau hampir normal pada saat prapubertas dan selalu berada di bawah persentil 3
– Bone age terlambat (tetapi masih sesual dengan height age)
– Maturasi seksual terlambat
– Tinggi akhir pada umumnya normal
– Pada umumnya terdapat riwayat pubertas terlambat dalam keluarga
Untuk terapi hormonal
Sebelum terapi dimulai, kriteria anak dengan defisiensi hormon pertumbuhan harus terlebih dahulu ditetapkan sebagai berikut :
– Tinggi badan di bawah persentil 3 atau -2SD
– Kecepatan tumbuh di bawah persentil 25
– Bone age terlambat > 2 tahun
– Kadar GH < 7 ng/ml dengan 2 jenis uji provokasi
– IGF – I rendah
– Tidak ada kelainan dismorfik, tulang dan sindrom tertentu
– Di samping terapi untuk anak dengan defisiensi hormon pertumbuhan hormon pertumbuhan diberikan juga untuk anak dengan sindrom Turner, anak dengan IUGR (intra uterine growth retardation), gagal ginjal kronik, dan sindrom Prader Willi.
– Hormon pertumbuhan diberikan secara subkutan dengan dosis 0,05U/kg/hari untuk defisiensi hormon pertumbuhan dan 0,08 mg/kg/hari untuk sindrom Turner dan insufisiensi renal kronik
– Hormon pertumbuhan diberikan 6 kali per minggu
Terapi hormon dihentikan bila lempeng epifisis telah menutup atau respon terapi tidak adekuat. Ciri respon terapi yang tidak adekuat adalah pertambahan kecepatan pertumbuhan yang lebih kecil dari 2 cm per tahun.
E. STEP V
Learning Objective
1. Penggolongan hormone secara biokimia
2. Kaitan H. Insulin, GH, Tiroid, Gonad dalam proses pertumbuhan
3. Kadar GH dalam darah
4. Fisiologi GH
5. Penatalaksanaan defisiensi hormon
6. Penegakkan diagnosa
F. STEP VI
Belajar Mandiri
Guyton, A.C.dan John E.H.2006.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.EGC.Jakarta.
Wahidiyat,dkk.2007.Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak.FK UI.Jakarta.
http://one.indoskripsi.com/node/9135
http://pengobatan-alternatif.com/biospray_hormon_pertumbuhan.php
F. STEP VII
Laporan Hasil Belajar Mandiri
1. Penggolongan hormon secara biokimia
Terdapat tiga golongan umum hormon:
• Protein dan polipeptida, mencakup hormon-hormon yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior dan posterior, pankreas (insulin dan glukagon), kelenjar paratiroid (hormon paratiroid) dan banyak hormon lainnya
• Steroid yang disekresikan korteks adsrenal(kortisol dan aldosteron), ovrium (estrogen dan progesteron), testis (testosteron), dan plasenta
• Turunan asam amino tirosin yang disekresikan oleh kelenjar tiroid (tiroksin dan triidotironin) dan medu la adrenal (epinefrin dan norepinefrin).
Reseptor hormon dan aktivasinya
Langkah pertama kerja suatu hormon adalah pengikatan hiormon pad a reseptor spesifik di sel target. Sel yang tidak memiliki reseptor untuk hormon tersebut tidak akan berespons. Reseptor untuk beberapa hormon terletak pada membran sel target, sedangkan reseptor hormon yang lain terletak di sitoplasma atau nukleus. Ketika hormon terikat pada reseptornya, hal tersebut biasanya akan menginisiasi serangkain reaksi di dalam sel, dengan setiap ta hap reaksi yang semakin teraktivasi sehingga sejumlah kecil konsentrasi hormon bahkan dapat mempunyai pengaruh yang besar.
Reseptor hormon mempunyai protein berukuran besar, dan setiap sel yang distimulasi biasanya memiliki sekitar 2.000 sampai 100.000 reseptor . setiap reseptor juga sangat spesifik untuk sebuah hormon; hal ini menentukan jenis hormon yang akakn bekerja pada jaringan tertentu. Jaringan target yang dipengaruhi oleh suatu hormon adalah jaringan yang memiliki redseptor spesifiknya. Lokasi berbagai jenis reseptor hormon secara garis besar adalah sebagai berikut:
Di dalam permukaan atau pada permukaan membran sel. Reseptor membran sebagian besar spesifik untuk protein, peptida, dasn hormon katekolamin.
Di dalam sitoplasma sel. Reseptor utama untuk berbagai hormon steroid terutama ditemukan dalam sitoplasama
Di dalam nukleus sel. Reseptor untuk hormon tiroid dujumpai di nukleus dan lokasinya diyakini berhubungan dengan erat dengan satu atau lebih kromosom
2. Kaitan H. Insulin, GH, Tiroid, Gonad dalam proses pertumbuhan
Kaitan Hormon Insulin dan Hormon pertumbuhan:
Aktivitas insulin yang adekuat dan ketersediaan karbohidrat dalam jumlah yang cukup diperlukan agar kerja hormon pertumbuhan menjadi efektif. Sebagian dari kebutuhan karbohidrat dan insulin ini adalh untuk menyediakan energi yang dibutuhkan untuk metabolisme pertumbuhan, tapi dampaknya ada efek yang lain juga. Yang khususnya penting adalah kemampuan insulin untuk meningkatkan pengangkutan beberapa asam amino ke dalam sel dengan cara yang sama seperti insulin meningkatkan pemakaian glukosa
Kaitan hormon tiroid dalam proses pertumbuhan:
Efek yang penting dari hormon tiroid adalah meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan otak selama kehidupan janin dan beberapa tahun pertama kehidupan pascalahir. Pada pasien hipotiroidisme kecepatan pertumbuhan menjadi sangat tertinggal. Pada pasien hipertiroidisme, seringkali terjadi pertumbuhan tulang yang sangat berlebihan sehingga anak menjadi lebih tinggi dari anak lainnya. Akan tetapi, tulang juga menjadi matang lebih cepat dan pada umur yang muda epifisnya sudah menutup, sehinga lama pertumbuhan lebih singkat dan tinggi badan akhir semasa dewasa mungkin malahan lebih pendek.
Kaitan hormon gonad dalam proses pertumbuhan:
o Pada pria: testosteron meningkatkan jumlah total matriks tulang dan menyebabkan retensi kalsium. Penningkatan matriks tulang diyakini akibat dari fungsi anabolik protein umum testosteron dan pengendapan garam-garam kalsium sebagai respons terhadap peningkatan protein
o Pada wanita:estrogen menghambat aktivitas osteoklastik di dalam tulang sehingga merangsang pertumbuhan tulang. Pada saat pubertas, ketika wanita masuk ke masa reproduksi, laju pertumbuan tinggi badannya menjadi cepat selama beberapa tahun. Akan tetapi, estrogen juga mempunyai efek poten lainnya terhadap pertumbuha tulang rangka:estrogen menyebabkan terjadinya penggabungan awal epifisis denagn batang tulang panajang. Efek estrogen ini lebih kuat dibandingkan dengan efek serupa dari testosteron pada pria. Sebagai akibatnya pertumbuhan wanita biasanya terhenti beberapa tahun lebih cepat daripada pertumbuhan pria.
3. Kadar GH dalam darah
Pengaruh fisik dan fisiologi hormon pertumbuhan seiring bertambahnya usia adalh meningkatnya pengerutan kulit, menurunnya kecepatan fungsi beberapa organ, dan berkurangnya masa dan kekuatan otot. Sejalan dengan bertambah tuanya seseorang konsentrasi hormon pertumbuhan plasma rata-rata berubah kira-kira sebagai berikut:
Usia Konsentrasi(ng/ml)
5-20 th 6
20-40 th 3
40-70 th 1,6
4. Fisiologi GH
Selain dari efek hormon pertumbuhan yang menyebabkan pertumbuhan. Hormon pertumbuhan mempunyai banyak efek metabolik khusus lain, yang meliputi :
• Peningkatan kecepatan sintesis protein diseluruh sel-sel tubuh
• Meningkatkan mobilisasi asam lemak dari jaringan adiposa, meningkatkan asam lemak bebas dalam darah, dan meningkatkan penggunaan asam lemak untuk energi
• Menurunkan kecepatan pemakaian glukosa diseluruh tubuh
Jadi, secara singkat efek metabolik hormon pertumbuhan adalah meningkatkan protein tubuh, menggunakan lemak dari tempat penyimpanannya, dan menghemat karbohidrat.
Peran Hormon Pertumbuhan dalam Meningkatkan Penyimpanan Protein
1. Bertambahnya pengangkutan asam amino melewati membran sel. Hormon pertumbuhan secara langsung meningkatkan pengangkutan paling sedikit beberapa dan mungkin sebagian besar asam amino melewati membran sel ke bagian dalam sel. Keadaan ini meningkatkan konsentrasi asam amino di dalam sel dan paling tidak berperan sebagian terhadap naiknya sintesis protein.
2. Peningkatan transkripsi inti DNA untuk membentuk RNA. Hormon pertumbuhan juga merangsang transkripsi DNA di dalam inti, sehingga meningkatkan jumlah pembentukan RNA. Keadaan ini selanjutnya meningkatkan sintesis protein dan juga meningkatkan pertumbuhan bila energi, asam amino, vitamin, dan bahan-bahan lain cukup tersedia.
3. Penurunan katabolisme protein dan asam amino. Karena terjadi pengangkutan asam lemak yang banyak dan digunakan sebagai sumber energi
Peran Hormon Pertumbuhan dalam Meningkatkan Pemakaian Lemak sebagai Energi
Hormon pertumbuhan mempunyai efek yang spesifik dalam menyebabkan pelepasan asam lemak dari jaringan adiposa sehingga meningkatkan konsentrasi asam lemak dalam cairan tubuh. Selain itu, di dalam jaringan di seluruh tubuh, hormon pertumbuhan meningkatkan perubahan asam lemak menjadi asetil-KoA dan kemudian digunakan untuk energi. Oleh karena itu, di bawah pengaruh hormon pertumbuhan ini, lebih disukai lemak sebagai energi daripada karbohidrat dan protein.
Dibawah pengaruh jumlah hormon pertumbuhan yang berlebihan, pengangkutan lemak dari jaringan adiposa seringkali menjadi sangat besar sehingga sejumlah besar asam asetoasetat dibentuk di hati dan dilepaskan kedalam cairan tubuh, dengan demikian menyebabkan ketosis. Pergerakan lemak yang berlebihan dari jaringan adiposa juga dapat menyebabkan perlemakan hati.
Efek Hormon Pertumbuhan terhadap Metabolisme Karbohidrat
Hormon pertumbuhan mempunyai empat pengaruh utama terhadap metabolisme glukosa dalam sel, yaitu:
1. Penurunan pemakaian glukosa untuk energi. Berkurangnya pemakaian mungkin sebagian disebabkan oleh meningkatnya pengangkutan dan penggunaan asam lemak untuk mendapatkan energi yang disebabkan pengaruh hormon pertumbuhan. Jadi, asam lemak membentuk banyak sekali asetil-KoA yang sebaliknya memicu timbulnya efek umpan balik yang menghambat pemecahan glikolitik dari glukosa dan glikogen.
2. Peningkatan endapan glikogen di dalam sel. Bila terdapat kelebihan, hormon pertumbuhan, makan glukosa dan glikogen tidak dapat digunakan sebagai hasil energi sehingga glukosa yang masuk ke dalam sel dengan cepat dipolimerisasi menjadi glikogen dan selanjutnya diendapkan. Oleh karena itu, sel sangat cepat menjadi jenuh oleh glikogen dan tidak dapat glikogen lebih banyak.
3. Berkurangnya ambilan glukosa oleh sel dan meningkatnya konsentrasi glukosa darah. Hal ini mungkin terjadi karena sel itu sudah menyerap glukosa yang berlebihan yang sudah sulit digunakan. Tanpa ambilan dan penggunaan oleh sel secara normal, konsentrasi glukosa darah sering meningkat sampai 50 persen atau lebih diatas normal dan keadaan ini disebut dengan diabetes hipofisis. Diabetes ini adalah diabetes yang tidak peka terhadap insulin.
4. Peningkatan sekresi insulin, yang merupakan efek diabetogenik dari hormon pertumbuhan. Peningkatan konsentrasi glukosa darah disebabkan oleh rangsangan hormon pertumbuhan terhadap sel-sel beta pulau Langerhans untuk mensekresikan insulin tambahan. Selain itu, hormon pertumbuhan mempunyai efek perangsangan langsung pada sel. Gabungan dari kedua efek tersebut seringkali sangat merangsang insulin oleh sel-sel beta sehingga sel-sel beta tersebut sesungguhnya ”mati”. Bila hal ini terjadi, timbul diabetes melitus. Oleh karena itu, hormon pertumbuhan dikatakan mempunyai efek diabetogenik.
SOMATOMEDIN
Efek hormon pertumbuhan pada pertumbuhan, tulang rawan dan metabolisme protein bergantung pada interaksi antara hormon pertumbuhan dan somatomedin, yang merupaka faktor pertumbuhan polipeptida yang disekresikan oleh hati dan jaringan lain.
Somatomedin utama dalam darah adalah insulin-like growth factor I (IGF-I, somatomedin C) dan insulin-like growth factor II (IGF-II). Faktor-faktor ini berkaitan dengan insulin, kecuali rantai C-nya tidak terpisah dan memiliki perluasan rantai A yang disebut domain D. pada manusia, ditemukan bentuk varian IGF-I yang tidak memiliki tiga residu asam amino terminal-amino di otak. mRNA untuk IGF-I dan IGF-II ditemukan di hati, tulang rawan, dan banyak jaringan lain, yang menunjukan bahwa molekul-molekul tersebut disintesis dari jaringan tersebut.
Keduanya berikatan erat dengan protein dalam plasma sehingga memperpanjang waktu paruh IGF dalm sirkulasi. Saat ini telah teridentifikasi enam protein pengikat-IGF yang berbeda-beda, dengan pola distribusi di berbagai jaringan yang berlainan pula. Semua ditemukan dalam plasma, dengan protein pengikat-IGF 3 (IGFBP-3) berperan pada 95% pengikatan dalam sirkulasi. Reseptor IGF-I sangat mirip dengan reseptor insulin dan mungkin menggunakan banyak perangkat intrasel yang sama. Reseptor IGF-II adalah suatu reseptor manosa-6-fosfat yang berperan dalam membawa hidrolase asam dan protein intrasel lain ke organel-organel intrasel. Sekresi IGF-I sebelum lahir tidak tergantung pada hormon pertumbuhan tetapi setelah lahir dirangsang oleh hormon pertumbuhan, dan molekul ini memiliki efek kuat menstimulasi pertumbuhan. Konsentrasi dalam plasma meningkat selama masa kanak-kanak dan memuncak pada masa pubertas, kemudian turun ke kadar yang rendah pada saat usia lanjut. Pada orang dewasa, gen untuk IGF-II diekspresikan hanya pada pleksus koroideus dan meningen.
Hormon pertumbuhan berlekatan secara lemah dengan protein plasma dalam darah. Oleh karena itu, hormon pertumbuhan dilepaskan dari darah kedalam jaringan dengan cepat, dengan waktu paruh di dalam darah sekita 20 menit. Sebaliknya, somatomedin C (IGF-I) melekat dengan kuat pada satu protein pembawa di dalam darah yang diproduksi sendiri responnya terhadap hormon pertumbuhan. Akibatnya, somatomedin C dilepaskan dengan lambat dari darah ke jaringan dengan waktu paruh kira-kira 20 jam.
5. Penatalaksanaan defisiensi hormon
Terapi
a)Kausal
Pada tumor biasanya dilakukan radiasi (dengan X-ray atau kobalt) jika tidak terdapat kelainan visus. Jika gejala-gejala tekanan dari tumor progresif maka dipertimbangkan operasi.
b)Simptomatis
Pengobatan medikamentosa yang terbaik untuk panhipopituitarisme adalah terapi substitusi atau replacement therapy. Biasanya diberi:
Hidrokortison antara 20-30mgr per hari. Yang diberi bukan prednisone atau deksametason karena preparat-preparat ini tidak cukup menyebabkan retensi garam dan air.
Tiroksin atau pulvus tiroid. Harus hati-hati karena penderita sangat peka terhadap obat-obat ini.
Testosteron pada pria dalam bentuk metiltestosteron 10-20 mgr per hari. Jangan diberi dalam waktu terlalu lama karena bisa menyebabkan kerusakan hepar.
Estrogen (stilbestrol) untuk wanita. Estrogen lebih baik diberikan secara siklus agar siklus menstruasi tetap bisa dipertahankan dan ini baik sekali untuk psikhe pasien. Wanita bisa pula diberi androgen tetapi dalam dosis separoh dari pria. Harus dihentikan jika timbul gejala-gejala virilisasi.
6. Penegakkan diagnosa
Untuk menentukan apakah ada suatu kelainan endokrin atau tidak harus dilakukan penilaian klinis, yaitu:
1. Anamnesis
Untuk mengetahui bagaimana keadaan keluarga penderita, apakah ada penyakit keturnunan dan sebagainya. Njuga perlu diketahui bagaimana keadaan penderita waktu lahir yaitu apakah berat badan lahir rendah, kecil untuk masa kehamilannya , normal dan sebgainya.
2. Pertumbuhan gigi
Untuk pertumbuhan gigi diperlukan hormon, seorang anak dengan pertumbuhan gigi yang normal sangat mungkin tidak mempunyai kelainan hormonal, sedangkan seorang bayi yang pertumbuhan giginya terhambat mungkin menderita kelainan endokrin.
Gigi pertama tumbuh pada umur 6-8 bulan dan lengkap pada umur sekitar 2 tahun. Pada saat itu anak sudah mempunyai 20 buah gigi. 5 pada tiap kuadran. Sejak umur 5 tahun timbuh gigin permanen. Gigi gerham permanen pertama tumbuh umur 6 tahun, sehingga pada umur tersebut anak me punyai 24 buah gigi, 6 pada tiap kuadran. Pada umur 12 tahun gigi geraham permanen kedua tumbuh sehingga anak mempunyai 28 buah gigi, 7 pada tiap kuadran. Bila pada umur ini gigi anak telah lengkap 28 buah, maka dapat dikatakan anak tidak mungkin menderita kelainan hormonn yang telah berlangsung lama. Seorang anak berumur 14 atau 15 tahun dengan kekurangan gigi geraham mungkin menderita hipopituitarisme, hipotiroidisme atau pubertas yang terlambat.
3. Pengukuran
Tinggi badan, span(jarak antara dua ujung tangan yang terbentang), upper-lower ratio(diukur darei simfisis), lingkaran kepala. Ukuran harus dibandingkan dengan ukuran anak yang normal
4. Laju pertumbuhan
Bila pertumbuhan kira-kira 4cm/tahun (normal), maka sangat mungkin tidak ada gangguan hormonal.
5. Pemeriksaan khusus
Bone age
Bila bone age sesuai dengan chrinological age kecuali kemungkinan terdapatnya kelainan hormonal,
Pemeriksaan hormon
Pemeriksaan khusus hormon-hormon hipofisis yaitu growth hormon, ACTH, FSH, TSH, Prolaktin dan hormon dari lobus posterior. Saat ini di Indonesia belum semua hormon dapat diperiksa.
KESIMPULAN
Pertumbuhan seorang anak dipengaruhi oleh kadar hormon pertumbuhan yang disekresikan oleh kelenjar hipofisis anterior. Kelainan sekresi hormon pertumbuhan dapat menagkibatkan panhipofituitarisme, dwarfisme, gigantisme, dan akromegali. Perawakan pendek dapat dibagi menjadi 2, yaitu variasi normal dan karena kelainan patologis. Perawakan pendek variasi normal dapat diobati dengan memberikan hormon pertumbuhan secara eksogen, sedangkan karena kelainan patologis dapat diobati berdasarkan penyebab.
DAFTAR PUSTAKA
Guyton, A.C.dan John E.H.2006.Buku Ajar Fisiologi Kedokteran.EGC.Jakarta.
Wahidiyat,dkk.2007.Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak.FK UI.Jakarta.
http://one.indoskripsi.com/node/9135
http://pengobatan-alternatif.com/biospray_hormon_pertumbuhan.php
Sabtu, 13 Maret 2010
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar